PENGEMBANGAN TANAMAN SORGHUM SEBAGAI KOMODITAS BAHAN ALTERNATIF KEBUTUHAN POKOK
Kata Kunci:
Sorgum, Pengembangan, LamonganAbstrak
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk
pengembangan sorgum, karena sudah ada petani yang membudidayakannya yaitu di
kecamatan Babat dengan luas 377 hektar dan produksinya masih belum maksimal. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauhmana potensi pengembangan tanaman
sorghum di kabupaten Lamongan, dan komoditas sorghum digunakan sebagai alternatif
kebutuhan pokok makanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan table, grafik dan analisis SWOT. Kesimpulannya yaitu (1) lahan yang
berpotensi untuk budidaya tanaman sorgum, yaitu pada lahan kering, terutama pada lahan
sementara yang tidak diusahakan ini luasnya 2.517 hektar atau 4,07 persen; (2) adanya
petani yang membudidayakan sorgum di kecamatan Babat, yaitu di desa Sambangan,
Keyongan, Patihan, Kebonagung, dan desa Bulumargi. Luas panen dan produksi tanaman
tahun 2017 yaitu 377 hektar, dengan produksi 2.639 ton dan rata-rata produksi 7 ton per
hektar; (3) Peningkatan produksi sorgum dapat diupayakan melalui program intensifikasi,
ekstensifikasi, dan diversifiasi yang didukung oleh pemuliaan tanaman. Pengembangan
sorgum dapat diarahkan sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas lahan marginal,
lahan tidur, dan lahan non produktif lainnya; (4) Pemanfaatan dan budidaya sorgum juga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan naional melalui
keanekaragaman pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pemanfaatan beras sebagai pangan utama saat ini; (5) Alternatif
strategi dalam pengembangan sorgum di kabupaten Lamongan menurut hasil analisis
SWOT adalah (1) Strategi S-O yang meliputi (a) perluasan area tanam sorgum dengan
memanfaatkan lahan kering dan pembinaan dari Instansi terkait, (b) pembinaan tentang
pengolahan biji sorgum menjadi produk olahan, (c) melakukan temu bisnis dengan
investor untuk pengolahan sorgum skala besar. (2) Strategi W-O yang meliputi (a)
penyuluhan dan pembinaan berkala tentang budidaya sorgum yang baik, (b) pemberian
pelatihan dan bantuan teknologi pasca panen. (3) Strategi S-T yang meliputi (a) kerjasama
dengan industri pengolahan pangan, (b) peran Pemerintah dalam penentuan harga jual dan
promosi tentang sorgum. (4) Strategi W-T adalah Peningkatan interaksi antara peneliti,
penyuluh, penentu kebijakan dan petani sebagai pelaku usaha.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2021 Choirul Anam
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.